Dikutip dari KORAN TEMPO 4 Agustus 2009
Oleh Fachruddin M. MangunjayaPencinta Lingkungan
Fenomena perubahan iklim memang menjadi keperdulian semua pihak tidak terkecuali para pemimpin agama. Kita semua telah tahu, keburukan yang terjadi sehingga bumi menjadi tidak seimbang dan perubahan yang ada di alam dapat mengakibatkan bencana, adalah akibat perilaku manusia.
Jadi untuk mengelola bumi yang sehat dan lebih baik kedepan diperlukan perubahan perilaku manusia dalam mengelola, mengayomi dan melindungi bumi dari kerusakan.
Tanggal 6-7 Juli lalu, di Istanbul, Turki, telah diadakan Konferensi Islam dan Lingkungan dan dilengkapi response negara negara muslim dengan deklarasi rencana aksi Muslim untuk Perubahan Iklim Global selama tujuh tahun (Muslim Seven Year Action Plan (M7YAP) to Deal with Global Climate Change).
Mereka yang hadir dalam konferensi ini, adalah dari berbagai kalangan termasuk para akademisi, aktifis lingkungan, ahli syariah Islam, perwakilan pemerintah, LSM, media muslim, dari negara-negara muslim, seperti Kuwait, Uni Emirat, Qatar, Bahrain, Saudi Arabia, Maroko, Malaysia, Algeria, Tunisia, India, Indonesia, Mesir, Senegal, Turki, serta jaringan pimpinan muslim Eropa dan Amerika dan juga ulama terkemuka dan mufti seperti Dr Ali Juma’a, Mufti Agung Mesir, Dr Ekrema Sabri, Mufti Palestina, Dr Salman Alouda (ulama Saudi Arabia) Ali Mohamad Hussein Fadlallah, (ulama syiah Lebanon), termasuk juga faqih terkemuka Dr Yusuf Qardhawi yang menyampaikan makalahnya tentang Islam dan penataan lingkungan.
Agama (keyakinan), menjadi salah satu faktor yang dapat merubah perilaku manusia dalam bersikap dan memberikan penghargaan terhadap lingkungan. Selain itu faktor yang lain yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku adalah: pendidikan, kekuatan hukum (law enforcement), dan kekuatan pasar.Negara-negara muslim termasuk negara yang harus siaga terhadap perubahan iklim dan kini tengah merasakan perubahan tersebut. Kawasan yang paling banyak terkena dampak tentunya negara-negara kepulauan seperti Indonesia, Bangladesh dan negara sub Sahara di Afrika. Beberapa negara di Afrika tengah mengalami dampak perubahan iklim karena panjangya waktu kekeringan sehingga mengakibatkan kelangkaan air dan peperangan karena perebutan sumber-sumber air seperti yang terjadi di Sudan dan Somalia. Dalam tahun terakhir ini saja ada 25 juta penduduk di sub Sahara Afrika telah mengalami krisis pangan. Dengan adanya pemanasan global ini, artinya akan lebih banyak lagi kawasan kering akan semakin tandus dan akan semakin memburuk. Pemanasan global bermakna kawasan yang kering akan bertambah kering dan kawasan yang basah akan semakin bertambah kuyup. Bulan November 2007, terjadi banjir di Somalia, Kenya dan Ethiopia yang menghayutkan 1.8 juta orang.
Menghadapi perubahan iklim, diperlukan aksi aksi nyata yang harus dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk dalam pendekatan Islam. Sebagaimana Islam telah mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberikan amanah untuk merawat dan memelihara bumi. Juga didalam al Qur’an disebutkan bahwa Allah menata matahari dan bulan yang beredar menurut perhitungan. Tumbuh tumbuhan dan pohon pohonan tunduk kepadaa Nya dan Allah meninggikan langit dan Dia meletakkannya secara seimbang (mizan) (Qs 55: 4-7) dan Dia menciptakan sesuatu menurut ukuran (Qs 54:49). Oleh sebab itu manusia (yang beriman) diperintahkan selalu memohon doa dengan rendah hati dan rasa takut, dan tidak membuat kerusakan di bumi (Qs 7:55-56)
Green Hajj
Rencana Aksi Muslim untuk Perubahan Iklim merupakan rencana yang terintegrasi dan bersinergi dengan aktifitas lingkungan lain, tentunya dapat dilakukan di masing-masing negara muslim, khususnya dengan penekanan pada kegiatan muslim dalam keseharian praktis. Namun yang paling menarik lagi adalah dalam kegiatan religious yang paling kolosal dan tidak ada tandingannya di dunia adalah mobilisasi ibadah haji yang dilakukan oleh tiga juta kaum mulimin sedunia setiap tahun.
Maka, dalam rencana itu disebutkan tentang recana menerapkan berhaji yang ramah lingkungan (green hajj), dengan cara mendorong agar pelaksanaan haji dapat lebih efisien, baik dalam penyelenggaraan, penghematan bahan bakar, hingga penataan kemasan yang dibawa jamaah haji. Di segi lain, green hajj juga dapat dikembangkan pada upaya standar Islami atau kodifikasi pemanfaatan energi secara efisien (rendah karbon).
Hal lain yang mungkin dikembangkan juga di dunia Muslim adalah pengembangan model kota-kota besar Muslim sebagai kota yang ramah lingkungan (green cities) sebagai model bagi kawasan urban Islam yang lain. Pengembangan label untuk standar barang yang ramah lingkungan dengan standar Islam, serta penerapan praktis--best practice—dengan membuat pedoman ramah lingkungan untuk bisnis yang berasaskan syariat Islam.Pendidikan Islam baik formal maupun non formal seperti madrasah dan masjid dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk memberikan bekal penyadaran dan juga aksi terhadap perubahan iklim. Tentu saja para aktifis masjid, madrasah, ustadz perlu diberikan pelatihan dan pengkaderan untuk memahami tentang perubahan iklim juga tingkat aksi yang dapat dilakukan.
Pendanaan merupakan hal yang sangat penting untuk diletakkan. Rencana aksi ini juga memasukkan rencana pendirian yayasan wakaf dan penunjukan dewan pengawas (board of trust) untuk implementasi rencana aksi ini. Sedang dicari jalan untuk pendiriannya dan juga himbauan untuk memberikan pendanaan. Untuk keperluan jangka panjang, studi Islam dan ekologi akan diperkuat. Dalam matrik rencana aksi disebutkan target-target untuk membiayai mahasiswa dunia muslim memperdalam bidang studi Islam dan perubahan iklim termasuk studi ekologi yang luas diangkat dalam perspektif Islam. ***